Hoo... siapapun mungkin pengen hidupnya selalu damai, tenteram, tak ada permusuhan. Tapi gimana lagi, di mana", yg namanya berantem itu udah jadi hal biasa" aja. Gak ada istimewanya. Paling", yg bikin istimewa, berantemnya sampe masuk koran dgn judul 'Tawuran Menewaskan Satu Orang'.
Hhh...
Kelasku pun nggak pernah luput dari virus 'berantem, oh yes!'.
Awal" kelas delapan dulu, ada suatu musibah (gila, bahasanya!!) yg melibatkan sekitar sepuluh anak cewek.
Dimulai dari pengen meneruskan tradisi mandi air alias siram"an pas ada salah satu anak yg ulang tahun, malapetaka, bencana, musibah (ayo, apalagi?) ini terjadi.
Humm, cewek bernama Nopi--yg termasuk sbg cewek plg berpengaruh di kelas, lagi ultah. Dan kerennya, anak" berencana memberi sesuatu yg beda.
Yap, Nopi harus bersukur menerima kejutan dr kami.
Lima belas bungkus Pop Ice plus sebungkus tepung.
Lalu semua bahan keren itu ditumpahkan di mukanya.
Dan lalu? Dia memeluk satu persatu dari kami.
Ampuh.
Kami ikut basah kuyup.
Dengan senang hati, kami memulai acara 'menyiram badan orang lain yg ada di dekat kita.'
Mengisi botol" kosong dg air keran dan menyiramkan ke tubuh siapa aja yg masih kering.
Di tengah" tawa kita, seorang guru berkata 'Besok ke BP'.
Uggh...
Buruknya, besoknya ada pelajaran wali kelas kami.
Dan, yah. Keren.
Kita kena semprot.
Dan ternyata, wali kelas kami sempat memberikan hukuman yg cukup bodoh.
Kami disuruh menulis siapalah racun di kelas kita. Yg ngebuat kelas kita seperti 'ini'.
Dari sana kedamaian mulai terusik.
Banyak anak yg dendam ke anak lain menuliskan nama anak yg dibencinya tersebut.
Anak cewek membela satu temen cewek bernama Billa yg kena dendam salah satu dr temen sekelas kita. Dari situ, merambat" permasalahan ttg satu cowok lain kelas yg membenci Billa. Temen" cowok kami, untuk menghargai cowok lain kelas itu, ikut"an membenci Billa. Peperangan dimulai. Cewek" menatap cowok" dg pandangan mati-aja-sana. Sementara cowok memandang cewek" dg pandangan apaan-sih-penting-ya.
Ada lagi, dari hukuman bodoh wali kelas kami itu, ada yg menunjukkan perasaannya selama ini ketika divonis banci. Nah, si yg divonis banci (namanya disensor!), menangis meraung", bahkan sempet pingsan ketika mengatakan (meneriakkan, tepatnya) perasaan dendamnya.
Wali kelas kami sampai bingung. Repot ngurusi orang seperti ini.
Dalam proses nontonin anak ini, kami mulai baikan. Salam"an gitu. Kayak lebaran.
Yah, sebagaimanapun menyebalkannya sobat, tetep aja mereka bagian terpenting dr idup kita.
Sama siapa lagi bila kita tak punya apa" buat digandeng tangannya pas lagi suntuk di sekolah?
Lean on me, guys...
Senin, 26 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar